Lima tahun lalu, jumlah gedung pencakar langit di Bandung bisa dihitung dengan jari tangan. Waktu itu, hanya ada Menara BRI setinggi 17 lantai dan Wisma Lippodi Jalan Asia Afrika yang cukup mencolok. Kini, gedung-gedung tinggi di Kota Kembang itu terus bertambah. Bandung mulai dibanjiri gedung-gedung jangkung.
Dalam 3 tahun terakhir, pembangunan produk properti di sektor ritel seperti mal dan bentuk pusat perbelanjaan lainnya, sempat menjadi primadona. Cihampelas Walk, Braga City Walk, Bandung Super Mall, hingga Metro Trade Center yang kemudian berubah menjadi Metro Indah Mall, menambah panjang daftar pusat perbelanjaan di Bandung.
Bandung, yang merupakan salah satu tempat favorit dan terdekat bagi orang-orang Jakarta untuk berlibur, memberikan ide lain bagi para pelaku industri properti. Tidak hanya pusat perbelanjaan, tetapi para wisatawan asal Jakarta itu juga menjadi pasar potensial bagi para pengembang apartemen dan hotel.
Sebelum akses tol Cipularang dibuka, industri properti di Bandung memang didominasi produk properti komersial seperti mal, ruko, dan pusat perbelanjaan. Produk properti hunian seperti rumah dan apartemen tumbuh lambat, karena hanya ditujukan bagi pasar warga Bandung semata.
Saat ini, ada beberapa apartemen dan kondotel yang telah selesai dibangun dan sudah beroperasi, seperti Aston Bandung Hotel and Residence, Sukaluyu,Simpang Dago, Galery Ciumbuleuit Apartment, Setiabudhi Apartment, dan Majesty Apartment.
Sayang, tidak ada data resmi berapa kapasitas unit apartemen yang masuk itu karena di Bandung tidak ada perusahaan konsultan properti yang rutin melakukan riset seperti di Jakarta. Organisasi pengembang pun, tidak mempunyai data pasti jumlah unit apartemen yang ada.
Tetapi setidaknya, Menara BRI setinggi 17 lantai yang sempat mencatat rekor gedung tertinggi di Bandung dalam beberapa tahun itu, tidak lagi berdiri sendiri. Ada bangunan apartemen yang juga berdiri menjulang.
Memasuki 2008, sejumlah proyek gedung mulai digarap. Berdasarkan data BCI Asia, Lembaga riset dan survei sektor konstruksi, sedikitnya ada 23 bangunan bertingkat yang akan masuk pasar di Bandung pada periode 2008-2009. Sebanyak 13 bangunan sudah masuk tahap konstruksi, dan sisanya dalam tahap perencanaan.
Sejumlah proyek yang tengah dan akan dikembangkan itu antara lain proyek hotel dan apartemen Marbella yang dikembangkan oleh PT Pudjiadi Prestige Tbk di kawasan Dago Pakar, dengan ketinggian masing-masing gedung 15 lantai.
Di kawasan Setiabudhi juga akan dibangun Century Hills Hotel and Apartment setinggi 26 lantai yang memiliki kapasitas 600 unit apartemen dan 360 kamar hotel.
Demikian juga De Huis Executive Apartment di kawasan Jalan Cicalengka dengan ketinggian 20 lantai dengan luas bangunan 60.000 meter persegi. Proyek lain, Grand Royal Panghegar, Patra Bandung Hotel, Hotel Afta, serta Executive Residence di Jalan Riau.
Sebagian besar gedung tinggi yang masuk pasar Bandung memang berupa hotel, kondominium atau apartemen, serta kondotel yang merupakan gabungan hotel dan kondominium.
Hari Raharta Sudradjat, Ketua DPD REI Jawa Barat, mengatakan pembeli apartemen di Bandung mempunyai alasan beragam. Tidak sedikit pembeli yang bekerja di Jakarta dan pulang ke Bandung hanya setiap akhir pekan.
Ada juga yang menjadikan apartemen di Bandung sebagai instrumen investasi, dengan cara menyewakan unit mereka kepada para pelancong yang rutin datang setiap akhir pekan atau musim liburan.
Kendati praktik seperti itu sempat membuat berang para pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar, toh tamu yang datang ke Bandung juga tidak bisa ditampung oleh hotel-hotel yang ada.
Tipe pembeli lainnya adalah masyarakat Bandung yang menjadikan apartemen sebagai bagian dari gaya hidup. "Kelompok pembeli ini mulai bermunculan, meskipun jumlahnya masih terbatas," kata Hari.
sumber :http://www.skyscrapercity.com
Dalam 3 tahun terakhir, pembangunan produk properti di sektor ritel seperti mal dan bentuk pusat perbelanjaan lainnya, sempat menjadi primadona. Cihampelas Walk, Braga City Walk, Bandung Super Mall, hingga Metro Trade Center yang kemudian berubah menjadi Metro Indah Mall, menambah panjang daftar pusat perbelanjaan di Bandung.
Bandung, yang merupakan salah satu tempat favorit dan terdekat bagi orang-orang Jakarta untuk berlibur, memberikan ide lain bagi para pelaku industri properti. Tidak hanya pusat perbelanjaan, tetapi para wisatawan asal Jakarta itu juga menjadi pasar potensial bagi para pengembang apartemen dan hotel.
Sebelum akses tol Cipularang dibuka, industri properti di Bandung memang didominasi produk properti komersial seperti mal, ruko, dan pusat perbelanjaan. Produk properti hunian seperti rumah dan apartemen tumbuh lambat, karena hanya ditujukan bagi pasar warga Bandung semata.
Saat ini, ada beberapa apartemen dan kondotel yang telah selesai dibangun dan sudah beroperasi, seperti Aston Bandung Hotel and Residence, Sukaluyu,Simpang Dago, Galery Ciumbuleuit Apartment, Setiabudhi Apartment, dan Majesty Apartment.
Sayang, tidak ada data resmi berapa kapasitas unit apartemen yang masuk itu karena di Bandung tidak ada perusahaan konsultan properti yang rutin melakukan riset seperti di Jakarta. Organisasi pengembang pun, tidak mempunyai data pasti jumlah unit apartemen yang ada.
Tetapi setidaknya, Menara BRI setinggi 17 lantai yang sempat mencatat rekor gedung tertinggi di Bandung dalam beberapa tahun itu, tidak lagi berdiri sendiri. Ada bangunan apartemen yang juga berdiri menjulang.
Memasuki 2008, sejumlah proyek gedung mulai digarap. Berdasarkan data BCI Asia, Lembaga riset dan survei sektor konstruksi, sedikitnya ada 23 bangunan bertingkat yang akan masuk pasar di Bandung pada periode 2008-2009. Sebanyak 13 bangunan sudah masuk tahap konstruksi, dan sisanya dalam tahap perencanaan.
Sejumlah proyek yang tengah dan akan dikembangkan itu antara lain proyek hotel dan apartemen Marbella yang dikembangkan oleh PT Pudjiadi Prestige Tbk di kawasan Dago Pakar, dengan ketinggian masing-masing gedung 15 lantai.
Di kawasan Setiabudhi juga akan dibangun Century Hills Hotel and Apartment setinggi 26 lantai yang memiliki kapasitas 600 unit apartemen dan 360 kamar hotel.
Demikian juga De Huis Executive Apartment di kawasan Jalan Cicalengka dengan ketinggian 20 lantai dengan luas bangunan 60.000 meter persegi. Proyek lain, Grand Royal Panghegar, Patra Bandung Hotel, Hotel Afta, serta Executive Residence di Jalan Riau.
Sebagian besar gedung tinggi yang masuk pasar Bandung memang berupa hotel, kondominium atau apartemen, serta kondotel yang merupakan gabungan hotel dan kondominium.
Hari Raharta Sudradjat, Ketua DPD REI Jawa Barat, mengatakan pembeli apartemen di Bandung mempunyai alasan beragam. Tidak sedikit pembeli yang bekerja di Jakarta dan pulang ke Bandung hanya setiap akhir pekan.
Ada juga yang menjadikan apartemen di Bandung sebagai instrumen investasi, dengan cara menyewakan unit mereka kepada para pelancong yang rutin datang setiap akhir pekan atau musim liburan.
Kendati praktik seperti itu sempat membuat berang para pengurus Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Jabar, toh tamu yang datang ke Bandung juga tidak bisa ditampung oleh hotel-hotel yang ada.
Tipe pembeli lainnya adalah masyarakat Bandung yang menjadikan apartemen sebagai bagian dari gaya hidup. "Kelompok pembeli ini mulai bermunculan, meskipun jumlahnya masih terbatas," kata Hari.
sumber :http://www.skyscrapercity.com